Top Bisnis Online

Trading dan Investasi

ad1

Iklan Gratis

Tampilkan postingan dengan label Rasulullah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Rasulullah. Tampilkan semua postingan
Kesempurnaan dan Kemudahan Syariat Nabi Muhammad S.A.W

Kesempurnaan dan Kemudahan Syariat Nabi Muhammad S.A.W

Termasuk kekhususan-kekhususan umat Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi wa Aalihi wa Shahbihi wa Salam ialah syariatnya yang sempurna.

Allah S.w.t berfirman di dalam Al Qur'an:

اليوم اكملت لكم دينكم واتممت عليكم نعمتي ورضيت لكم الإسلام دينا

"Pada hari ini telah Kusempurnakan bagi kalian agama kalian dan telah Kucukupkan kepada kalian nikmat-Ku, dan telah Kuridai agama Islam menjadi agama kalian". (QS. Al-Ma’idah: 3)

Itu merupakan pernyataan yang jelas dari Allah Yang Maha Benar tentang penyempurnaan aqidah dan penyempurnaan syariat. Tak ada kekurangan yang perlu dilengkapi dan tak ada kekurangan yang perlu ditambah. Kesempurnaan itu sudah merupakan kepastian yang menca­kup sifat keumuman Risalah yang berlaku secara universal, tak pan­dang tempat dan waktu. Itu disebabkan karena setiap Rasul sebelum Nabi dan Rasul terakhir (Nabi Muhammad S.a.w) diutus Allah S.w.t kepada umat dalam zamannya. Jadi, merupakan Risalah khusus un­tuk masyarakat khusus dalam lingkungan khusus selama waktu terba­tas. Hukum-hukumnya dan ketentuan-ketentuan syariatnya ditentu­kan sekadar mencukupi kebutuhan menurut situasi dan kondisi masya­rakat dan lingkungan pada zaman itu.

Namun, karena Nabi kita Sayyidina Muhammad S.a.w diutus kepa­da segenap umat manusia, maka Risalah Beliau S.a.w merupakan Risa­lah bagi seluruh manusia di segala zaman dan segala tempat. Risalah yang berdialog dengan fitrah manusia yang tidak berganti, tidak bergi­lir dan tidak mengalami perubahan. Fitrah yang atas dasar fitrah itulah Allah S.w.t menciptakan manusia. Di dalam Risalah Nabi Muhammad S.a.w terinci ketetapan-ketetapan syariat yang mencakup semua segi kehidupan manusia; baik yang berupa ketetapan-ketetapan, pengarahan, ketentuan-ketentuan hukum maupun pengaturan-pengaturan, agar kehidupan umat manusia dapat terus berlangsung, tumbuh, berkembang, dan bernuansa baru. Semuanya berlangsung di sekitar poros Risalah dan di dalam lingkarannya.


Cahaya Mereka Memancar di Hadapan Masing-masing

Allah S.w.t berfirman di dalam Al Quran Al-Karim:

يوم لا يجزى الله النبي والذين أمنوا معه نورهم يسعى بين ايديهم  وبأيمانهم يقولون ربنا أتمم لنا نورنا واغفر لنا

Pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang beri­man yang bersama dia. Cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka. Mereka berkata, “Ya Tuhan kami, sempurnakanlah caha­ya bagi kami dan ampunilah kami.”. (QS. At-Tahrim: 8).

Hadits suci telah menjelaskan kekhususan ini, bahwasanya Ra­sulullah S.a.w menyatakan:

اني لا اعرف امتي يوم القيامة من بين الامم اعرفهم يؤتون كتبهم بايمانهم واعرفهم بسيماهم في وجوههم من اثرالسجود واعرفهم بنورهم يسعى بين ايديهم

Pada Hari Kiamat, aku sungguh mengenal umatku di antara umat-umat (yang lain). Aku mengetahui mereka (umatku) menerima ki­tab-kitab (catatan-catatan amal perbuatan sewaktu hidup di du­nia) mereka dengan tangan kanan, aku mengenal mereka melalui tanda-tanda bekas sujud di wajah-wajah (jidat-jidat) mereka, dan aku pun mengenal mereka melalui cahaya yang memancar di de­pan mereka.” (Diriwayatkan oleh Ahmad dengan isnad sahih).


Kemudahan Syariat Nabi Muhammad S.A.W

Di antara berbagai kekhususan yang ada pada umat Nabi Muhammad S.a.w ialah, bahwa syariatnya merupakan yang termudah dibanding de­ngan syariat-syariat agama lain.

Hal itu dinashkan dalam Anjuran. Setiap faridhah (kewajiban) yang oleh syariat diharuskan pelaksanaannya oleh Allah S.w.t, diberi keringanan dengan terbukanya pintu rukhshah (dispensasi) bila terjadi halangan. Taruhlah misalnya masalah shalat. Shalat adalah kewajiban terbesar yang harus ditunaikan, bahkan merupakan tiang agama dan azasnya yang paling fundamental.

Meski demikian Allah S.w.t menetapkan hukum-hukum khusus yang berbeda dengan hukum pokoknya, mengingat kemungkinan terjadinya keadaan terten­tu, seperti sakit, bepergian jauh, dalam keadaan perang, dalam keadaan tidak terdapatnya pakaian yang menutup sekujur badan, tidak diketa­huinya arah kiblat karena bingung atau lupa, dan ketiduran.

Kemudahan merupakan ciri khusus syariat agama Islam. Mengenai itu Allah S.w.t berfirman:

يريد الله بكم اليسر ولا يريد بكم العسر

"Allah menghendaki kemudahan bagi kalian dan tidak menghendaki kesu­karan bagi kalian.". (QS. Al-Baqarah: 185)

Berkaitan dengan itu Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Aalihi wa Shahbihi wa Salam menyatakan:

ان الله رضي لهذه الامة اليسر وكره لها العسر

Sungguhlah, bahwa Allah meridhai kemudahan bagi umat ini dan tidak menyukai kesukaran baginya.” (Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dengan isnad shahih).

Ahmad (bin Hanbal) di dalam Musnadnya mengetengahkan se­buah hadits dari Hudzaifah yang menuturkan sebagai berikut. Pada suatu hari (saya melihat) Rasulullah S.a.w sujud (demikian lama) tidak mengangkat kembali kepalanya, sehingga saya mengira Beliau wafat. Mengenai hal itu Beliau S.a.w berkata:

ربي استشارني (الحديث) وفيه : احل لنا كثيرا مما شدد على من قبلنا ولم يجعل علينا في الدنيا من حرج فلم اجد شكرالا هذه السجدة . رواه احمد بسند حسن

Tuhanku minta pendapatku” (al-hadits). Dalam hadits itu terdapat nash berikut, “Allah menghalalkan banyak hal bagi kita dari yang pernah diketatkan bagi orang-orang sebelum kita. Di dunia ini Allah tidak membebani kita dengan hal-hal yang memberatkan. Aku tidak menemukan bagaimana cara bersyukur kecuali dengan sujud itu.” (Al-Mawahib: 382).

Dengan karunia kemudahan tersebut Rasulullah S.a.w benar-benar merasa bangga. Beliau mengatakan:

انى بعثت بالحنيفية السمحة

Aku diutus Allah membawakan agama yang lurus lagi toleran.” (Diriwayatkan oleh Ahmad bin Hanbal dengan isnad baik [Kasyful-Khufa: 217]).

Rasulullah S.a.w mewanti-wanti para utusan dan delegasi yang di­utus ke berbagai daerah dan negeri untuk menyampaikan agama Is­lam, supaya bersikap lemah lembut:

بشروا ولا تنفروا ويسروا ولا تعسروا

Gembirakanlah mereka (dengan berita baik), janganlah kalian mem­bentak-bentak. Permudahlah dan jangan kalian persukar.” (Diriwa­yatkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal, Bukhari dan Muslim).

Itu merupakan kaidah penting mengenai kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan menurut akidah. Semuanya mudah, tak ada kesukar­an. Kemudahan yang memberikan inspirasi kepada hati yang dapat dirasakan dengan mudah, dan itulah yang membuat orang Muslim mempunyai tabiat khusus, yaitu toleran. Tidak ada sesuatu yang di­paksakan dan dipersulit seperti yang dahulu pernah dialami oleh umat-umat sebelumnya.

~ Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hassani ~
Pembahasan Kitab Syaraf al-Ummah al-Muhammadiyyah
diteruskan dari sumber: www.alhabibahmadnoveljindan.org

Baca juga: Kekhususan Umat Nabi Muhammad S.A.W

Memperingati Manusia Agung

Memperingati Manusia Agung

"Kewajiban kita mengagungkan Allah, mengagungkan Rasulullah, mengagungkan para Sahabat Rasulullah, mengagungkan para Auliya` Allah."

Di dalam hadis, Rasulullah S.a.w bersabda: “Aku adalah orang yang pertama sekali memohon syafa`at dan aku adalah orang yang pertama kali diterima syafa`atnya oleh Allah”. Lihatlah di dalam hadis ini! Rasulullah mengajar agar kita menjalin hubungan dengannya, menjalin hubungan yang erat dengan Rasulullah S.a.w. Dahulu para sahabat berkumpul yang dalam perkumpulan itu para sahabat mengingat Allah, mereka berkumpul mengingat Nabi Muhammad S.a.w, mengingat orang-orang yang dimuliakan oleh Allah S.w.t.

Lihat keadaan kaum muslimin sekarang, berbeda dengan keadaan para sahabat Rasulullah, kaum muslimin di zaman kita berkumpul mengingat orang-orang yang tidak beriman kepada Allah, menyebut nama-nama orang yang hina di sisi Allah, sehingga betapa banyak kaum muslimin yang terpengaruh dengan pemikiran barat, pemikiran orang-orang yang tidak pernah sujud kepada Allah S.w.t.

Kewajiban kita kaum muslimin adalah kita menyuburkan keimanan di dalam hati kita, kita tingkatkan keimanan kepada Allah dan tanamkan pada hati-hati kita bahwa kemuliaan hanya milik Allah dan Rasulullah, keagungan hanyalah milik Allah dan Rasul-Nya. Allah berfirman di dalam al-Qur'an: “Kemuliaan, keagungan adalah milik Allah, milik Rasulullah dan milik mereka yang beriman kepada Allah. Adapun mereka orang-orang munafiqin tidak mengetahui kalau kemuliaan adalah milik Allah.”.

Oleh karena itu ayyuhal ikhwan, mari kita agungkan Allah, kita agungkan mereka orang-orang yang diagungkan Allah, muliakanlah orang-orang yang dimuliakan oleh Allah. Kewajiban kita mengagungkan Allah S.w.t, mengagungkan Rasulullah S.a.w, mengagungkan para sahabat Rasulullah, mengagungkan para Auliya` Allah.

Disebutkan ketika pada suatu hari para sahabat berkumpul, mereka menyebut tentang keistimewaan para Nabi-nabi yang terdahulu. Beberapa dari mereka mengatakan: “Lihatlah Nabi Ibrahim yang dijadikan oleh Allah sebagai Khalilullah.” Maka beberapa sahabat yang lain mengatakan: “Tapi lihat Nabi Musa yang lebih agung yang dijadikan oleh Allah sebagai Kalimullah, orang yang bicara langsung dengan Allah.” Beberapa lagi mengatakan: “Lihat Nabi Isa a.s. yang dijadikan oleh Allah sebagai ruhullah sebagai kalimatullah!” Beberapa lagi mengatakan tentang Nabi Adam yang diciptakan oleh Allah secara langsung.

Ketika mereka sedang menyebutkan keistimewaan para nabi yang terdahulu, datang kepada mereka Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasallam, ketika Nabi Muhammad datang pada mereka dan mengucapkan salam kepada mereka, Rasulullah mengatakan kepada mereka:

Wahai para sahabatku, kalian berkumpul pada saat ini menyebutkan tentang keistimewaan para Nabi Utusan-utusan Allah, kalian mengatakan bahawa Nabi Ibrahim adalah Khalilullah dan memang demikian Nabi Ibrahim adalah Khalilullah. Dan kalian menyebutkan bahwa Nabi Musa adalah Kalimullah, Nabi yang berbicara langsung dengan Allah, yang bermunajat langsung dengan Allah, dan memang demikian adanya Nabi Musa sebagai Kalimullah. Dan demikian pula dengan Nabi Isa dan Nabi Adam, yang mereka adalah orang yang mulia di sisi Allah `Azza wa Jalla.”.

Kemudian Nabi S.a.w mengatakan kepada mereka: “Dan ketahuilah wahai para sahabatku bahwa aku adalah Habibullah, aku adalah Kekasih Allah, aku adalah orang pertama yang akan memberikan syafa`at kepada umat manusia di hari kiamat nanti, aku adalah orang yang termulia dari semua makhluk yang diciptakan Allah, aku adalah Nabi pertama yang akan memasuki surga dan bersamaku orang-orang fuqara` dari kalangan orang-orang mukminin (orang-orang yang beriman kepada Allah).”.

Lihatlah Rasulullah, bagaimana Beliau S.a.w mengajarkan kita agar kita menjalinkan hubungan dengannya, agar kita selalu menguatkan hubungan dengan Rasulullah. Allah dan Rasul-Nya lebih pantas kita agungkan, lebih pantas kita muliakan kalau memang kita beriman kepada Allah S.w.t dan Rasulullah S.a.w.

~ Al Habib Umar bin Hafidz ~

Petikan ceramah di kediaman Sayyid Thohir bin Yahya, Semarang
Sebagaimana juga tercatat dalam buku “Singa Podium” halaman 34 – 37.
tulisan ini diteruskan dari: www.pondokhabib.wordpress.com


Sifat-sifat Mulia Nabi Muhammad S.A.W

Sifat-sifat Mulia Nabi Muhammad S.A.W


Nadham Lam yahtalim, demikianlah sebutannya yang popular di Indonesia pada umumnya merupakan nadham yang sering diucapkan secara berirama sesudah shalat atau pada moment lainnya. Nadham yang dinamakan juga dengan al-Syamail al-Muhammadiyah al-Syarifah ini mengandung penyebutan Sifat-sifat Mulia Nabi Muhammad S.a.w. Nadham ini antara lain telah disebut dalam kitab al-Maraqi al-Ubudiyah karangan Syeikh al-Nawawi al-Bantani.

Nadham Lam Yahtalim:

لَمْ يَحْتَلِمْ قَطُّ طٰـهَ مُطْـلَقًا أَبَدًا  *  وَمَا تَثـَائَبَ أَصْـلاً فِىْ مَدَى الزَّمَنِ
مِنْهُ الدَّوَابُ فَـلَمْ تَهْرَبْ وَمَـا وَقَعَتْ  *  ذُبَابَةٌ أَبَـدًا فِى جِسْمِـهِ الْحَسَنِ
بِخَلْـفِهِ كَأَمَـامٍ رُؤْيَةٌ ثَـــبَتَتْ  *  وَلَا يُرٰى أَثْـرُ بَوْلٍ مِـنْهُ فِيْ عَلَنِ
وَقَلْبُهُ لَمْ يَنَـمْ وَالْعَيْنُ قَدْ نَعَسَتْ  *  وَلَايَرٰى ظِـلَّهُ فِى الشَّمْسِ ذُوْ فَـطِنِ
كَـتْفَاهُ قَدْ عَلَـتَا قَوْمًا إِذَا جَلَسُوْا   *  عِنْـدَ الْوِلَادَةِ صِـفْ يَا ذَا بِمُخْتَتَنِ
هَذِه الْخَصَائِصَ فَاحْفَظْهَا تَكُنْ أٰمِنًا  *  مِنْ شَرِّ نَـارٍ وَسُرَّاقٍ وَمِـنْ مِحَنِ

Terjemahannya sebagai berikut:

1. Rasulullah S.a.w tidak pernah mimpi bersetubuh baik sebelum jadi nabi atau setelahnya. Beliau juga sama sekali tidak pernah menguap sepanjang masa.

2. Tidak ada satupun binatang yang melarikan diri (liar) dari Beliau. Tidak pernah ada lalat hinggap di tubuh beliau yang mulia.

3. Beliau bisa mengetahui sesuatu yang ada di belakangnya, seperti Beliau melihat sesuatu itu yang ada di hadapannya. Bekas air kencing Beliau tidak pernah dilihat di permukaan bumi.

4. Hati Beliau tidak pernah tidur, walaupun mata beliau mengantuk. Bayangan Beliau tidak pernah dapat dilihat oleh orang cerdas ketika beliau kena sinar matahari.

5. Dua pundak Beliau selalu terlihat lebih tinggi dari pundak orang-orang yang duduk bersama Beliau. Ceritakanlah sifat Beliau bahwa Beliau telah dikhitan semenjak dilahirkan.

6. Ini semua merupakan keistimewaan Beliau, hendaknya engkau hapalkan bait tersebut, niscaya engkau mendapat perlindungan dari bahaya dan musibah.

Dikalangan orang-orang daerah, di surau, di masjid-masjid atau tempat ibadah lainnya, setelah melantunkan nadham Lam Yahtalim ini, biasanya diiringi pula dengan nadham dengan bahasa daerah masing-masing yang merupakan terjemahan nadham Lam Yahtalim di atas.

Sumber rujukan penyebutan Sifat-sifat tersebut pada Nabi Muhammad S.a.w

1. Tidak pernah ihtilam (mimpi basah)

Al-Yusuf al-Nabhani telah menyebut keistimewaan Nabi Muhammad S.a.w ini dalam kitab beliau, al-Anwar al-Muhammadiyah min al-Mawahib al-Laduniyah. Keterangan keistimewaan ini datang dari Ibnu Abbas R.a, beliau berkata:

مَا احْتَلَمَ نَبِيٌّ قَطُّ  إِنَّمَا الِاحْتِلَامُ منَ الشَّيْطَانِ

Artinya: "Tidaklah seorang nabi bermimpi basah sama sekali, karena mimpi basah datang dari syaithan.". (H.R. al-Thabrani).

Al-Haitsami mengatakan, dalam sanad hadits ini terdapat Abd al-Aziz bin Abi Tsabit, sedangkan beliau ini ijmak atas dha’ifnya.

2. Tidak pernah menguap

Ibnu al-Mulaqqin telah menyebut keistimewaan Nabi Muhammad S.a.w ini dalam kitab beliau, Ghayah al-Suul fi Khashais al-Rasul. Dalam Kitab Fathulbarri, Ibnu Hajar al-Asqalany menyebutkan:

وَمن الخصائص النَّبَوِيَّة مَا أخرجه بن أَبِي شَيْبَةَ وَالْبُخَارِيُّ فِي التَّارِيخِ مِنْ مُرْسَلِ يَزِيدَ بْنِ الْأَصَمِّ قَالَ مَا تَثَاءَبَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَطُّ وَأَخْرَجَ الْخَطَّابِيُّ مِنْ طَرِيقِ مَسْلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ مَرْوَانَ قَالَ مَا تَثَاءَبَ نَبِيٌّ قَطُّ وَمَسْلَمَةُ أَدْرَكَ بَعْضَ الصَّحَابَةِ وَهُوَ صَدُوقٌ وَيُؤَيِّدُ ذَلِكَ مَا ثَبَتَ أَنَّ التَّثَاؤُبَ مِنَ الشَّيْطَانِ

”Termasuk keistimewaan kenabian adalah yang telah ditakhrij oleh Ibnu Abi Syaibah dan Al-Bukhari dalam al-Tarikh dari mursal Yazid bin al-Asham, beliau berkata: Nabi S.a.w tidak pernah menguap sama sekali. Al-Khathabi mengeluarkan dari jalur Maslamah bin Abd al-Malik bin Marwan, beliau berkata: Seorang nabi tidak pernah menguap sama sekali. Sedangkan Maslamah ini pernah bertemu sebagian Sahabat Nabi dan beliau adalah orang yang berkata benar. Riwayat ini juga didukung oleh riwayat yang Shahih yang menjelaskan bahwa menguap datang dari syaithan.”.

3. Tidak ada satu pun binatang yang melarikan diri (liar) dari Beliau

Ibnu al-Mulaqqin telah menyebut keistimewaan Nabi Muhammad S.a.w ini dalam kitab beliau, Ghayah al-Suul fi Khashais al-Rasul. Qadhi ‘Iyadh meriwayatkan  dengan sanadnya sampai kepada Sayyidatina Aisyah R.a, beliau berkata:

كان عندنا داجن فاذا كان عندنا رسول الله صلعم قر وثبت مكانه فلم يجئ ولم يذهب واذا خرج رسول الله صلعم جاء وذهب

Artinya: "Di sisi kami ada binatang jinak, apabila Rasulullah S.a.w bersama kami, maka binatang itu tenang dan tetap pada tempatnya, tidak datang dan pergi, tetapi apabila Rasulullah S.a.w keluar, maka biantang itu datang dan pergi.". (HR Qadhi ‘Iyadh).

Dalam Kitab Dalail al-Nubuwah disebutkan riwayat dari Abu Hurairah R.a., beliau berkata:

وَجَاءَ الذِّئْبُ وَرَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَالِسٌ فَأَقْعَى بَيْنَ يَدَيْهِ، ثُمَّ جَعَلَ يُبَصْبِصُ بِذَنَبِهِ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: هَذَا وَافِدُ الذِّئَابِ، جَاءَ يَسْأَلُكُمْ أَنْ تَجْعَلُوا لَهُ مِنْ أَمْوَالِكُمْ شَيْئًا ، قَالُوا: لَا وَاللهِ لَا نَفْعَلُ، وَأَخَذَ رَجُلٌ مِنَ الْقَوْمِ حَجَرًا فَرَمَاهُ، فَأَدْبَرَ الذِّئْبُ وَلَهُ عُوَاءٌ

Artinya: Seekor serigala pernah datang kepada Rasulullah S.a.w duduk dan berjongkok di depan Beliau, kemudian menggerak-gerak ekornya. Melihat itu, Rasulullah S.a.w berkata: ini utusan serigala yang datang meminta suatu makanan dari kalian. Mereka menjawab: tidak, Demi Allah tidak akan kami lakukan. Seorang dari mereka mengambil batu melemparnya, serigala itu pun pergi sambil menyalak. (H.R. al-Baihaqi).

Kisah-kisah lain dimana binatang-binatang liar, jinak (tunduk) dengan Nabi S.a.w banyak disebut dalam riwayat-riwayat yang terdapat dalam Kitab Dalail al-Nubuwah karya al-Baihaqi dan al-Syifa’ bi Ta’rif Huquq al-Mushtafa karya Qadhi ‘Iyadh dan kitab-kitab lainnya yang berisi sekitar masalah kehidupan pribadi Nabi Muhammad S.a.w.

4. Tidak pernah ada lalat hinggap di tubuh Beliau yang mulia.

Ibnu al-Mulaqqin telah menyebut keistimewaan Nabi Muhammad S.a.w ini dalam kitab beliau, Ghayah al-Suul fi Khashais al-Rasul. Al-Yusuf  al-Nabhani juga menyebut keistimewaan Nabi Muhammad S.a.w ini dalam kitab beliau, al-Anwar al-Muhammadiyah min al-Mawahib al-Laduniyah. Dalam kitabnya al-Khashaish al-Kubra, al-Suyuthi mengatakan bahwa Qadhi ‘Iyadh dalam kitab al-Syifa dan al-‘Uzfi dalam al-Maulid-nya mengatakan termasuk keistimewaan Nabi S.a.w tidak pernah ada lalat hinggap di tubuh Beliau dan ini juga telah disebut oleh Ibnu Sab’in dalam al-Khashaish-nya dengan lafazh: “Tidak jatuh lalat atas pakaiannya sama sekali.”.

5. Bisa mengetahui sesuatu yang ada di belakangnya, seperti Beliau melihat sesuatu itu yang ada di hadapannya

Al-Yusuf  al-Nabhani menyebut keistimewaan Nabi Muhammad S.a.w ini dalam kitab Beliau, al-Anwar  al-Muhammadiyah min al-Mawahib al-Laduniyah. Qadhi ‘Iyadh menyebut keistimewaan Nabi Muhammad S.a.w ini dalam kitab beliau, al-Syifa’ bi Ta’rif Huquq Al-Mushtafa. Dalam Shahih Muslim disebut hadits dari Abu Hurairah R.a, beliau berkata:

هَلْ تَرَوْنَ قِبْلَتِي هَا هُنَا؟ فَوَاللهِ مَا يَخْفَى عَلَيَّ رُكُوعُكُمْ، وَلَا سُجُودُكُمْ إِنِّي لَأَرَاكُمْ وَرَاءَ ظَهْرِي

Artinya: "Apakah kalian melihat kiblatku di sini?. Demi Allah tidak tersembunyi atasku rukuk dan sujud kalian. Sesungguhnya aku dapat melihat kalian dari belakangku.". (H.R Muslim).

6. Bekas air kencing Beliau tidak pernah dilihat di permukaan bumi.

Ibnu al-Mulaqqin telah menyebut keistimewaan Nabi Muhammad S.a.w ini dalam kitab beliau, Ghayah al-Suul fi Khashais al-Rasul. Di dalam kitab ini, Ibnu al-Mulaqqin menyebut hadits dari Aisyah R.a. yang disebut dalam kitab al-Ayat al-Bainat, karya Ibnu Dahyah, Aisyah R.a berkata:

يا رسول الله اني اراك تدخل الخلاء ثم يجئ الذي يدخل بعدك فلا يرى لما يخرج منك اثرا فقال يا عائشة ان الله تعالى امر الارض ان تبتلع ما خرج من الانبياء

Artinya: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku melihat engkau memasuki jamban, kemudian masuk orang-orang sesudahmu. Tetapi orang itu tidak melihat bekas apapun yang keluar darimu.”, Rasulullah S.a.w bersabda: “Hai Aisyah, sesungguhnya Allah Ta’ala memerintah bumi menelan apa yang keluar dari para nabi.”.

Ibnu Dahyah mengatakan, sanadnya tsabit (maqbul), al-Suyuthi setelah menyebut beberapa jalur riwayat hadits yang semakna dengan hadits di atas ini, beliau mengatakan, jalur ini (hadits di atas) adalah yang paling kuat dari jalur-jalur hadits ini.

7. Hati Beliau tidak pernah tidur

Ibnu al-Mulaqqin telah menyebut keistimewaan Nabi Muhammad S.a.w ini dalam kitab beliau, Ghayah al-Suul fi Khashais al-Rasul. Ini berdasarkan hadits Aisyah R.a, beliau berkata:

فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ أَتَنَامُ قَبْلَ أَنْ تُوتِرَ، فَقَالَ: يَا عَائِشَةُ إِنَّ عَيْنَيَّ تَنَامَانِ، وَلَا يَنَامُ قَلْبِي

Artinya: "Aku mengatakan, Ya Rasulullah, apakah engkau tidur sebelum witir?". Rasulullah S.a.w bersabda: “Ya Aisyah, sesungguhnya dua mataku tertidur, tetapi hatiku tidak pernah tidur.”. (H.R. Muslim).

8. Bayangan Beliau tidak pernah dapat dilihat ketika kena sinar matahari.

Al-Yusuf  al-Nabhani menyebut keistimewaan Nabi Muhammad S.a.w ini dalam kitab beliau, al-Anwar  al-Muhammadiyah min al-Mawahib al-Laduniyah. Dalam kitabnya al-Khashaish al-Kubra, al-Suyuthi mengatakan:

اخْرج الْحَكِيم التِّرْمِذِيّ عَن ذكْوَان ان رَسُول الله صلى الله عَلَيْهِ وَسلم لم يكن يرى لَهُ ظلّ فِي شمس وَلَا قمر قَالَ ابْن سبع من خَصَائِصه ان ظله كَانَ لَا يَقع على الأَرْض وَأَنه كَانَ نورا فَكَانَ إِذا مَشى فِي الشَّمْس أَو الْقَمَر لَا ينظر لَهُ ظلّ قَالَ بَعضهم وَيشْهد لَهُ حَدِيث قَوْله صلى الله عَلَيْهِ وَسلم فِي دُعَائِهِ واجعلني نورا

“Al-Hakim al-Turmidzi telah mentakhrij dari Zakwan, sesungguhnya Rasulullah S.a.w tidak dilihat bayangannya pada terik matahari dan tidak juga pada bulan. Ibnu Sab’i mengatakan, termasuk keistimewaan Nabi S.a.w bayangannya tidak jatuh di atas bumi, karena sesungguhnya Beliau adalah cahaya. Karena itu, apabila berjalan pada terik matahari atau bulan, maka tidak dilihat bayangannya. Sebagian ulama mengatakan, riwayat ini didukung oleh hadits perkataan Nabi S.a.w dalam doanya: “Jadikanlah aku sebagai cahaya.”.

9. Dua pundak Beliau selalu terlihat lebih tinggi dari pundak orang-orang yang duduk bersama Beliau.

Ibnu al-Mulaqqin menyebut bahwa Ibnu Sab’in mengatakan, salah satu keistimewaan Nabi Muhammad S.a.w adalah apabila duduk, maka beliau nampak lebih tinggi dari orang-orang yang duduk di sekitar Beliau. Pernyataan Ibnu Sab’in ini juga telah dikutip oleh al-Suyuthi dalam kitabnya, al-Khashaish al-Kubra. Dalam Kitab Syarah Al-Muwatha’, al-Zarqani mengatakan:

وَذَكَرَ رَزِينٌ وَغَيْرُهُ: كَانَ إِذَا جَلَسَ يَكُونُ كَتِفُهُ أَعْلَى مِنْ جَمِيعِ الْجَالِسِينَ، وَدَلِيلَهُ قَوْلُ عَلِيٍّ: ” إِذَا جَاءَ مَعَ الْقَوْمِ غَمَرَهُمْ"  إِذْ هُوَ شَامِلٌ لِلْمَشْيِ وَالْجُلُوسِ

”Raziin dan lainnya telah menyebutkan, Rasululullah S.a.w apabila duduk, bahunya nampak lebih tinggi dari semua orang-orang duduk. Dalilnya perkataan Ali R.a: ”Apabila Rasulullah S.a.w bersama kaum, Beliau  melebihi mereka”. Karena ini mencakup apabila berjalan dan duduk.

Perkataan Sayyidina Ali R.a ini ditakhrij oleh Abdullah bin Ahmad dan al-Baihaqi dari Ali.

10. Beliau telah dikhitan semenjak dilahirkan

Al-Thabrani dalam al-Ausath, Abu Na’im, al-Khathib dan Ibnu ‘Asakir telah mentakhrij dari beberapa jalur dari Anas dari Nabi S.a.w, bersabda:

من كَرَامَتِي على رَبِّي اني ولدت مختونا وَلم ير أحد سوأتي

Artinya: "Sebagian dari kemulianku atas Tuhanku adalah aku dilahirkan dalam keadaan sudah dikhitan dan tidak ada yang melihat dua kemaluanku".

Hadits ini telah dinyatakan shahih oleh al-Dhiya’ dalam al-Mukhtarah. Al-Hakim dalam kitabnya al-Mustadrak mengatakan, telah mutawatir hadits-hadits yang menjelaskan bahwa Nabi S.a.w lahir dalam keadaan telah dikhitan.


Kitab-kitab rujukan:
Ath-Thabrani ~ al-Mu’jam al-Kabir, Al-Haitsami ~ Majma’ al-Zawaid, Al-Baihaqi ~ Dalail al-Nubuwah, As-Suyuthi ~ al-Khashaish al-Kubra, Az-Zarqani ~ Syarah al-Muwatha’, Imam Muslim ~ Shahih Muslim, Ibnu al-Mulaqqin ~ Ghayah al-Suul Fi Khashais al-Rasul, Ibnu Hajar al-Asqalany ~ Fathulbarri, Qadhi ‘Iyadh ~ al-Syifa’ bi Ta’rif  Huquq Al-Mushtafa, Al-Yusuf al-Nabhani ~ al-Anwar al-Muhammadiyah min al-MawAhib al-Laduniyah, al-Mathba’ah al-Adabiyah.

Sumber: www.kitab-kuneng.blogspot.com



Ikutilah Jalan Nabi Muhammad S.A.W

Ikutilah Jalan Nabi Muhammad S.A.W

Segala puji bagi Allah S.w.t yang telah  memberikan kita karunia, semoga Allah Swt memberkahi majelis ini dan memberkahi perkumpulan ini yang didirikan untuk mengenal syari’at-syari’at Allah S.w.t dan khususnya yang membawa syari’at tersebut.

Kita juga bershalawat kepada baginda Nabi besar Muhammad S.a.w di majelis ini dan semoga Allah S.w.t merahmati orang yang mendirikan majelis ini yaitu Al Habib Munzir Al Musawa, sebagaimana beliau mendirikan  majelis ini dan ada majelis serupa yang didirikan oleh Habibana Umar  bin Muhammad Bin Salim Bin Hafidz di kota Tarim dan majelis semacam ini adalah bagian untuk kita bisa menyebarkan agama Allah S.w.t dengan hikmah dan dengan mau’idhatil hasanah yang dulu pernah terjadi dan saat ini mulai kembali diperbaharui dan saya melihat di wajah-wajah kalian yang begitu penuh dengan cinta kepada Allah S.w.t dan kepada baginda Nabi besar Muhammad S.a.w.

Selagi kalian dan orang tua kalian, dan anak anak kalian menjaga majelis semacam ini dan selalu mengangkat suara untuk bershalawat kepada baginda Nabi Besar Muhammad S.a.w ini akan menampakan syari’at baginda Nabi  besar Muhammad S.a.w jika hal ini tampak di tengah tengah kita maka kebaikan akan terus ada  pada umat ini, akan  terus ada pada negeri ini dan hal ini adalah yang di lakukan oleh para salafushaleh sebelum kita, dan dengan majelis seperti ini akan turun rahmat, akan turun kasih sayang dan kecintaan kepada sesama kita dan kaum muslimin dan akan tersebar kepada kaum muslimin selagi majelis seperti ini yang di dalamnya dibacakan Sirah Nabi Besar Muhammad S.a.w terus berlanjut.

Allah S.w.t berfirman tidaklah Aku utus engkau ya Muhammad Rasulullah S.a.w   yaitu untuk rahmat semua alam, dan tersebarnya syari’atnya Nabi Muhammad S.a.w dengan kita banyak membaca sirah nabi Muhammad dan memperbanyak shalawat kepada Nabi Muhammad S.a.w seperti yang diadakan di majelis ini, dan majelis–majelis seperti ini hendaknya tersebar di mana–mana agar semua manusia mengenal siapa baginda Nabi Muhammad S.a.w, bagimana akhlak beliau, bagaimana kepribadian beliau S.a.w dengan mengenal baginda Nabi Muhammad S.a.w maka akan tersebar agama baginda Nabi besar Muhammad S.a.w, dan keberkahan majelis–majelis seperti ini adalah mereka yang mendengarkan, bagi mereka yang melihat, bagi mereka yang hadir ataupun melihat gambar dengan melihat hal–hal yang seperti ini, hal tersebut dapat menjaga mereka, bahkan menjaga perkumpulan mereka dari peperangan yang kita ketahui saat ini dan mereka akan terhindar dari semua musibah dan akan terhidar dari tidak lagi mencintai nabi besar Muhammad S.a.w.

Apa yang kalian  perlihatkan dengan perkumpulan seperti ini?, ini adalah sebuah gambaran akan kecintaan kita kepada baginda nabi besar Muhammad S.a.w, kerinduan kita terhadap beliau dan ini juga adalah gambaran bagaimana kita mencintai Allah dan Rasulnya Nabi Muhammad  S.a.w, dan nabi Muhammad S.a.w menganjurkan kita agar kita selalu mengenal bagaimana sosok Nabi Muhammad Saw, bagaimana akhlak nabi Muhammad S.a.w, bagaimana dakwahnya Nabi Muhammad S.a.w, bagaimana perjalanan baginda nabi Muhammad S.a.w dan kita hendaknya mengikuti langkah tersebut yaitu langkah Nabi besar Muhammad S.a.w dan nabi S.a.w pernah keluar ke para sahabatnya beliau mengatakan aku adalah orang yang paling baik di antara yang baik, aku dilahirkan sebab pernikahan dan terbebas dari zina sampai nabi Adam A.s dan aku adalah akhir para bapak ‘’

Nabi S.a.w datang kepada kita  mengajarkan perkara–perkara yang baik, perkara–perkara yang benar sehingga kita tidak lagi mengikuti langkah–langkah orang sebelum kita yaitu jalan jahiliyah yang mana mereka melakukan hal–hal yang dilarang oleh Allah S.w.t dengan mengingat Rasulallah S.a.w kita diingatkan dengan kekhusuan nabi Muhammad S.a.w tentang kesucian Nabi Muhammad S.a.w, kesucian hati, dll yang membuat kita terhidar dari perbuatan zina, perbuatan homo sexsual, perbuatan–perbuatan yang menjauhkan kita dari Allah S.w.t, ini adalah arti, atupun hasil daripada kesesatan yang disebarkan oleh orang orang di luar Islam sehingga perkara seperti zina dan homo sexsual terjadi di zaman jahiliyah kemudian kembali kepada zaman umatnya nabi Muhammad S.a.w karena teledornya dengan akhlak dan sirah Nabi Muhammad S.a.w.

Telah banyak di kabar–kabar mengenai gambar–gambar yang tidak bagus, kabar–kabar yang tidak baik, film–film yang menjauhkan kita dari Allah S.w.t dan itu dilakukan oleh  anak–anak kita oleh keluarga kita, bukankah sepantasnya kita rubah apa yang menjadi kebiasaan mereka mendengarkan kisah–kisah yang tidak ada artinya, kembali mendengarkan kisah baginda nabi besar Muhammad S.a.w dan juga kita banyak juga melihat bagaimana orang–orang dibesarkan dengan media–media baik dengan penelitianya, baik dengan ketenaranya, baik dengan pangkatnya, baik dengan lagunya, baik dengan bintang filmnya, dan dengan pemain bolanya sehingga anak–anak kita terpengaruh dengan mereka mencintai mereka bahkan sampai seperti orang gila, ingin meniru gaya  mereka, bukankah hendaknya kita mengenalkan kepada mereka sirah nabi besar Muhammad S.a.w.

Sirah Nabi Muhammad S.a.w akan mendekatkan kita menjadi orang yang baik, orang yang berakhlak walaupun sebagian orang mengingkari sirah nabi Muhammad S.a.w, sayang sekali, dan pengajian yang kita adakan ini atau yang ditetapkan di majelis ini, dengan bershalawat kepada nabi besar Muhammad S.a.w, kemudian membaca ilmu-ilmu yang bermanfaat ini adalah bentuk hidmahnya kita untuk menyebarkan syari’at nabi besar Muhammad S.a.w dan kita berkumpul di tempat  ini dengan satu hati cinta kepada Allah S.w.t dan cinta kepada Rasulullah S.a.w, sehingga kita dapat mengikuti baginda Nabi Muhammad S.a.w zaman demi zaman.

Waktu demi waktu  dan wasilah seperti ini dan majelis seperti ini  adalah sama seperti wasilah–wasilah yang di adakan salafuna shaleh sehingga dengan wasilah seperti ini  banyak orang yang memeluk Islam baik di Indonesia, baik di  Malaysia, baik di India, baik di Afrika dan semua itu  mereka lakukan, mereka dapati ke Islaman mereka berkat majelis–majelis seperti ini dengan mendengarkan nasihat  sehingga mereka mengikuti dengan benar baginda nabi Muhammad S.a.w, dan negeri ini kedatangan Islam berkat ’’wali songo‘’ yang sampai saat ini disebut nama mereka, mereka menyebarkan Islam pertama dengan hikmah dan mau’idoh hasanah kemudian dengan menyebarkan kisah kisah nabi besar Muhammad S.a.w dalam majelis–majelis mereka dan juga mereka menebar kasih sayang di antara mereka dengan inilah Islam datang ke negeri Indonesia ini dengan penuh keamanan.

Jikalah kisah kisah para wali para orang yang shaleh disebutkan sangatlah baik bagimana jika kita menyebutkan kisah baginda nabi besar Muhammad S.a.w yang karena Beliaulah kita dapat mengenal keutamaan masjid, keutamaan ilmu dan yang lain–lainya.

Dan juga apa yang disampaikan oleh Al Habib Ahmad Al Kaff tadi dalam sambutanya dengan hadirnya puluhan ribu umat nabi Muhammad S.a.w maka hal ini hendaknya kita jadikan sebagai penguat hubungan kita, antara ahli sunnah wal jama’ah dan mengikat mereka agar selalu berkiblat kepada nabi besar Muhammad S.a.w dan orang–orang setelah nabi Muhammad S.a.w yang bersammbung kepada nabi besar Muhammad S.a.w.

Dan madzhab yang dibawa ke Indonesia ini yang dibawa oleh para auliya dan juga para ulama dengan perantara aqidah yang kuat yang harus kita perhatikan 3 perkara dalam akidah tersebut:

1. Yang pertama hendaknya kita menjalankan dengan terus menerus berpegang terus dengan madzhab yang diakui yang disebut dengan madzhab aqidah ahli sunnah wal jama’ah

Dan juga dengan mengenal dan mengetahui, dan mengakui apa yang dibawa oleh mereka mereka yang bermadzhab dengan benar dan tidak keluar dari aqidah yang dibawa oleh salafu shaleh dan juga orang–orang sebelum kita.

2. Kemudian yang kedua yang digunakan oleh ahli sunnah wal jama’ah ini adalah ilmu "tasawuf".

Ilmu tasawuf adalah ilmu yang diisaratkan dalam hadits nabi Muhammad S.a.w dengan ’ihsan’, hendaknya kalian menyembah Allah S.w.t seakan-akan kalian melihat Allah S.w.t jika kalian tidak melihat Allah maka sesungguhnya Allah melihat mu.

Saat ini ahli tasawuf dan juga ilmu tasawuf sangat terancam karena banyak yang mengatasnamakan dengan aqidah ahli sunnah wal jama’ah dari golongan lain dan hendaknya kita yang bersandar kepada ilmu tasawuf hendaknya memperbaiki kesalahan pribadi kita sehingga tidak membuat kesalahan yang diambil oleh orang–orang awam atau yang disebarkan oleh orang–orang awam atas nama tauhid, dan juga kita melihat bagaimana orang–orang awam mendatangi para ulama mendatangi kubur mereka tidak mengerti cara melakukan hal-hal yang benar sesuai dengan tasawuf maka dari itu hendaknya kita memperbaiki diri kita sehingga kita bisa menjadi tameng untuk diri kita, untuk akidah kita, untuk tasawuf kita, sehingga kembalilah orang–orang awam kepada cara–cara yang dibenarkan oleh tasawuf.

Banyak di antara orang–orang Islam bukan dari kalangan ulama mengkafirkan sebagian orang–orang Islam lainnya karena sebab ziarah kubur, karena sebab munasabat yang dilakukan oleh kita dan ini semua karena kesalahan kita dan ini adalah seperti dipukul dengan kayu dan akan memperpecah aqidah ahli sunnah wal jama’ah.

Hendaknya yang terpenting bagi kita adalah membenahi kesalahan-kesalahan yang telah terjadi sehingga kita selalu dalam khusnudzan ini dari satu sisi dan juga dari sisi lain, kita tidak pernah menerima pengkafiran atau pembid'ahan, pensyirikan kepada siapapun karena hal ini adalah berlebihan, sungguh tidak benar dalam akidah kita.

3. Yang ketiga, pegangan ahli sunnah wal jama’ah adalah mencintai keluarga Nabi Muhammad S.a.w, Radhialahu 'anhum wa ardhahum.

Dan mencintai ahlul bait adalah bagian dari syari’at Allah S.w.t dan mencintai mereka karena Allah S.w.t dan karena mencintai nabi Muhammad S.a.w, namun dalam batasan syari’at hendaknya orang tersebut tidak mencaci muslimin dan juga tidak menghalalkan darah kaum muslimin dan jika ada orang yang mengaku cinta kepada Ahlul bait namun mereka mencaci kaum muslimin atau menghalalkan darah orang muslimin maka dia tetap dalam agamanya namun dia telah keluar dari syarat syar’i, sarat syari’at Nabi Muhammad S.a.w.

Dan kita yang berpedoman akidah ahli sunnah wal jama’ah hendakya memperbaiki apa-apa yang menjadi kesalahan kita baik dari segi cinta kepada keluarga Nabi Muhammad S.a.w, baik dari segi ilmu tasawuf ataupun dari madzhabiyah yang kita anut maka hendaknya kita jadikan hal-hal yang baik ini sebagai sarana untuk kita dakwah di jalan Allah S.w.t dengan hikmah dan dengan mau’idah hasanah kepada mereka-mereka yang dari luang lingkup ahli sunnah wal jama’ah ataupun yang di luar lingkup ahli sunnah wal jama’ah dengan kalimat yang sama karena tujuan kita satu yaitu mengikuti kitab Allah dan sunah nabi Muhammad S.a.w dan hal–hal semacam ini tidak akan terlaksana kecuali bilamana kita menteladani baginda nabi besar Nabi Muhammad S.a.w dan hadits–hadits Beliau, dan kita akan terhindar jika kita mengikuti Nabi Muhammad S.a.w, terhindar dari segala kejelekan dari mencaci, dari menghalalkan darah dan yang lainya.

Dan kita dalam periode akhir zaman yang mana nabi Muhammad S.a.w mengisyaratkan kepada kita bahwa di akhir zaman membutuhkan ilmu yang khusus, fikih yang khusus, perjalanan yang khusus, yang telah di jelaskan oleh baginda nabi besar Muhammad S.a.w, di antara yang baginda Rasulullah S.a.w sebutkan adalah yang mana Beliau mengajak bicara para sahabatnya mengajak bicara para umatnya dan bahkan kita sebagai umat nabi Muhammad S.a.w yang saat ini dan yang akan datang, Nabi mengatakan "Sesungguhnya kalian tertimpa penyakit umat", dan sahabat bertanya, "Apa itu penyakit umat?", adalah "Kebencian satu dengan yang lainya".

Aku tidak mengatakan kebencian itu dan hasud itu seperti terpotongnya rambut akan tetapi akan memotong agama dan yang dimaksud adalah bahwasanya permusuhan antara muslimin di akhir zaman akan menghancurkan agama mereka sendiri maka dari itu Allah S.w.t berfirman ‘’maka sesungguhnya orang yang memperpecah belah agama mereka dan mereka bersatu  mereka bukan dari bagian dari engkau‘’.

Dan sesungguhnya orang-orang yang perang, orang-orang yang berkelahi sesama muslimin mereka sudah dinyatakan oleh Allah S.w.t tidak berjalan di akhlaknya nabi Muhammad S.a.w melainkan mereka mengikuti hawa nafsu mereka, mengikuti pemikiran mereka, oleh karena dari itu nabi S.a.w memberikan kepada kita kunci sebagai jalan keluar dari masalah ini.

Maka Nabi Muhammad mengatakan, apakah kalian aku ingin beri tahu denngan sesuatu jika kalian melakukanya kalian akan saling mencintai?? dengan ini kita mengetahui bahwa baginda Nabi Muhammad S.a.w menginginkan agar kita tidak ada sifat hasud, sifat benci, sifat kebencian, sesama muslimin, dan kita di inginkan oleh Rasulullah S.a.w untuk berjalan di jalan yang benar di jalan yang diridhai oleh Allah S.w.t dan nabi Muhammad mengatakan "Sebarkanlah salam di antara kalian", dan hendaknya para ulama dan para pemikir hendaknya saatnya bersatu untuk menyatukan umat dan untuk menyatukan syari’at Nabi Muhammad dan untuk melawan musuh mereka yaitu waktu dan keadaan yang ada maka dari itu Allah S.w.t mengatakan kepada kita janganlah kita berebutan, maka kalian akan merugi dan akan hilang apa yang kalian inginkan.

Perpecahan di antara kaum muslimin seperti yang kalian lihat di negeri arab saat ini adalah perbuatan syaitan, oleh karena itu hendaknya kita saat ini mempersatukan umat nabi Muhammad S.a.w dan menghilangkan segala caci maki, menghilangkan penghalalan darah di antara kaum muslimin dengan menjalankan yang di tentukan oleh Nabi Muhammad S.a.w yaitu mengumpulkan mereka dalam cinta yaitu menyebarkan salam.

Oleh karena itu ketahuilah bahwasanya agama Allah mengajak kita  untuk saling menyayangi, mengajak kita untuk keselamatan, untuk mengajak kita saling menyayangi, dengan itu Baginda Nabi besar Muhammad S.a.w mengatakan perumpamaan kasih sayang dan kelembutan di antara muslimin seperti satu jasad, jika satu anggota jasad tersebut terluka maka seluruh anggota tersebut merasakan panas, dan sakit.

Semoga Allah S.w.t menjadikan kita orang-orang yang menempuh jalan yang benar, menempuh jalan yang baik, yang diisyaratkan oleh Allah S.w.t dalam Al Qur’an, hendaknya kita selalu beramal yang baik, mengajak orang dalam kebaikan dan siapa yang melakukan itu akan mendapatkan pahala yang besar di sisi Allah S.w.t, dan perkumpulan semacam ini yang dihadiri banyak orang ini sudah selayaknya kita mengangkat tangan kita kepada Allah S.w.t untuk dihindarkan segala musibah terhadap umat ini, jangan–jangan di antara kalian ada orang yang shaleh atau ada orang yang hatinya bersih atau ada yang diijabah hatinya oleh Allah S.w.t kemudian mereka mengangkat tanganya dan kemudian Allah mengijabah do’a mereka dan kita semua adalah hamba Allah S.w.t dan kita akan selalu meminta kepada Allah S.w.t dan kita diakhir majelis ini akan memperbaharui janji kita dengan Allah S.w.t dengan mengulang dua kalimat sahadat dan ini adalah akidah salafusaleh dan ahli sunnah wal jama’ah

لآ اِلَهَ اِلّا اللّهُ

لآ اِلَهَ اِلّا اللّهُ

لآ اِلَهَ اِلّا اللّهُ

مُحَمَّدٌ رَسُوُل اللّهِ

صلى الله عليه و سلم

رضينا بالله ربّا وبالإسلام دينا وبمحمّد صلى الله عليه وسلم نبيّا ورسولا,

. و بمنهج أهل السنة والجماعة

دليلا و منهاجا و على ذلك نحيا و على ذلك نموت و على ذلك نبعث ان شاء الله تعالى من اﻵمنين..

وصلى الله على سيدنا محمد وعلى اله وصحبه وسلم

Kita akan meminta ijazah dari Al Habib Abu Bakar Bin Ali Al Mashur supaya kita dapat sanad dan menyambung kepada beliau sampai nabi besar Muhammad S.a.w, ‘’ijazah adalah ikatan dari kita sampai kepada nabi besar Muhammad S.a.w dan dari hak ijazah yang akan diberikan kepada kita hendaknya yang mendapatkan ijazah tersebut mengamalkan ijazah yang diberikan, karena bilamana ijazah yang apabila kita dapati nanti maka akan bergerak yang atas, jika bergerak yang atas, maka akan bergerak yang bawah, maka dari itu apa yang diijazahkan nanti kita amalkan dengan niat yang memberi ijazah dengan niat orang–orang yang sebelumnya sampai nabi besar Muhammad S.a.w.

Dan ijazah adalah  izin sari’at  dari Allah S.w.t yang menurunkan kitab kepada nabi Besar Muhammad S.a.w dan izin yang di turunkan nabi Muhammad S.a.w kepada ahlul bait dan para sahabat  dan terus turun dari para sahabat sampai  kepada para tabi’in sampai saat ini semoga kita digolongkan sebagai pengikut nabi besar Muhammad S.a.w.

Dan syarat yang ingin mendapat ijazah ini  menjaga lidahnya dari mencaci maki manusia  dari menghalalkan darah manusia  dan juga menjaga tanganya dari perkara – perkara yang tidak diridhai Allah S.w.t

Dan siapa yang menjalankan ini dengan  meninggalkan yang dilarang tadi dengan membaca yang diijzahkan kelak akan mengangkat derajatnya akan mengangkat keadaanya.

Dan siapa yang meninggalkan syarat–syarat tersebut maka akan dikembalikan kepada sang pencipta yaitu Allah S.w.t yang berfirman ‘’jika Allah berkehendak kepada sesuatu jika jadi maka jadilah‘’.

Habib Abu Bakar bin Ali Al Mashur telah memberikan ijazah kepada kita tentang ilmu yang bermanfaat, dzikir, dakwah kepada Allah S.w.t serata menyebarkan salam, menyebarkan cinta sesama kaum muslimin tanpa ada permusuhan di antara kita dengan kaum muslimin dan semoga ijazah ini menjadikan kita saksi di yaumil kiyamat dan semoga saat kita berjumpa dengan nabi Muhammad S.a.w, nabi Muhammad senang terhadap kita dan Allah Ridha terhadap kita.

Assalamu’Alaikum wa Rahmatullahi wa Barakatuh

~ Al Habib Abu Bakar Bin Ali Al Mashur ~

Jasatul Itsnain Majelis Rasulullah S.A.W, Masjid Raya Al Munawar, Pancoran - Jakarta
Dari: http://www.majelisrasulullah.org/2015/05/ikutilah-jalan-nabi-muhammad-saw/

Umat Nabi Muhammad S.A.W - Umat Yang Adil

Umat Nabi Muhammad S.A.W - Umat Yang Adil

"Al Qur'an telah memberitahukan kepada kita mengenai haki­kat kedudukan umat Nabi Muhammad S.a.w yang sangat tinggi di alam dunia ini dan mengenai tugas-tugasnya di muka bumi"

Di antara berbagai kekhususan umat ini (umat Nabi Muhammad S.a.w) ialah, bahwa mereka itu adalah umat yang Adil (wasathan). Mereka men­jadi saksi atas semua manusia. Mengenai itu Allah S.w.t telah berfir­man:

وكذالك جعلناكم امة وسطا لتكونوا شهداء على الناس ويكون الرسول عليكم شهيدا

"Dan demikian pula kalian telah Kami jadikan umat yang adil, agar kalian menjadi saksi atas {perbuatan) manusia, dan Rasul (Nabi Muhammad S.a.w) menjadi saksi atas (perbuatan) kalian.". (QS Al-Baqarah: 143).

Kekhususan dan kebaikan umat Nabi Muhammad S.a.w dinyatakan oleh Allah S.w.t berkaitan dengan firman-Nya mengenai perubahan kiblat. Allah S.w.t berfirman:

سيقول السفهاء من الناس ما ولاهم عن قبلتهم التي كانوا عليها , قل لله المشرق والمغرب  يهدي من يشاء الى صراط مستقيم .

Orang-orang yang kurang akal (picik pikiran) di antara manusia akan berkata, “Apakah (sesungguhnya) yang membuat mereka (umat Islam) berpaling dari kiblatnya (semula Baitul-Maqdis) yang mereka dahulu ber­kiblat kepadanya.” Jawablah (wahai Nabi): “Timur dan Barat adalah kepu­nyaan Allah. Dia memberi petunjuk kepada siapa sajayang dikehendaki-Nya ke jalan lurus.”. (QS. Al-Baqarah: 142).

Setelah itu Allah S.w.t berfirman, “Demikian pula kalian Kami jadi­kan umat yang adil…” dan seterusnya (lihat ayat 143).

Kisah ringkasnya adalah sebagai berikut:

Selama beberapa waktu tinggal di Madinah, Rasulullah S.a.w dalam menunaikan shalat-shalatnya selalu menghadap ke arah Baitul Maqdis (Palestina). Selama itu Beliau senantiasa berdoa, mohon kepada Allah S.w.t agar kiblat kaum Muslimin diarahkan ke Ka’bah, kiblat Nabi Ibrahim A.s. Permohonan Beliau terkabul, kemudian Allah S.w.t memerintahkan berkiblat ke Ka’bah.

Ketika perubahan kiblat itu terjadi, timbul keraguan, kecurigaan, dan prasang­ka buruk di kalangan sejumlah orang dari kaum munafik, kaum yang 'bimbang-ragu' dan kaum kafir di kalangan Yahudi. Mereka bertanya-tanya: “Apa sesungguhnya yang membuat kaum Muslimin berubah kiblat?”. Sebagai jawaban terhadap mereka Allah S.w.t berfirman, (Wahai Nabi), katakanlah, bahwa timur dan barat adalah kepunyaan Allah. Dia mem­beri petunjuk kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya ke jalan lurus.”.

Kemudian Allah S.w.t menjelaskan bahwa kepada umat Nabi Mu­hammad S.a.w, Dia memberi petunjuk (hidayat) ke jalan lurus. Dan Al­lah S.w.t juga mengaruniai nikmat kedudukan sebagai umat yang adil (ummatan wasathan) atau umat yang berpegang pada garis yang lurus dan berada di jalan yang rata. Ummatan wasathan (berdiri di tengah) sama artinya dengan berada di atas jalan yang lurus, tidak berkelok-kelok dan jauh dari kedua ujung, yakni tidak berlebih-lebihan dan tidak pula sebaliknya. Berakhlak sedang-sedang (tengah-tengah) berarti akh­lak yang jauh dari kedua ujung tersebut, yakni lurus dan tegas.

Demikianlah pemberitahuan Al Qur'an kepada kita mengenai haki­kat kedudukan umat Nabi Muhammad S.a.w di alam dunia dan mengenai tugas-tugasnya di muka bumi. Kita diberitahu juga betapa besar kedudukan kita di tengah kehidupan umat manusia dan peranan kita di dalamnya yang perlu mempunyai kiblat tersendiri (khusus), mempu­nyai kepribadian tersendiri dan mempunyai personalitas (dzatiyyah) yang mandiri. Umat Nabi Muhammad S.a.w adalah umat yang Adil dan yang menjadi Saksi atas segenap umat manusia di dunia dan akhirat.

Di dunia, umat ini mendengar berita tentang umat-umat terdahu­lu dari dalam Kitab Sucinya, yaitu Al Qur'an, atau dari Nabi mereka Sayyidina Muhammad S.a.w. Karena semuanya itu mereka dapat mengerti dan mengetahui berita-berita tentang bagaimana manusia-manusia yang durhaka, yang taat, yang membenarkan agama Islam, yang mendusta­kannya, serta imbalan dan pembalasan apa yang akan diperoleh ma­sing-masing. Mereka juga mendengar dan mengetahui berita-berita ten­tang para Nabi, para Rasul, para Waliullah dan kaum Shalihin (orang-orang saleh), bagaimana amal perbuatan mereka, bagaimana perjuangan mereka, bagaimana pengorbanan mereka, dan bagaimana beratnyajerih payah dan kesukaran-kesukaran yang telah mereka hadapi.

Setelah mendengar dan mengerti tentang semua berita itu, umat ini (umat Nabi Muhammad S.a.w) lalu menyatakan pendapatnya mengenai mere­ka, membanding-bandingkan nilai mereka, pandangan-pandangan me­reka, tradisi dan kebiasaan-kebiasaan mereka, dan bagaimana syi’ar masing-masing. Barulah kemudian umat ini menentukan sikapnya dan menyatakan, itu benar dan itu bathil.

Adapun di akhirat kelak, bila terjadi Hari Kiamat, segenap umat manusia akan dibangkitkan dan masing-masing akan ditanya, “Apa­kah Nabi kalian sudah menyampaikan agama Allah kepada kalian?” Jika mereka menjawab “tidak”, maka Nabi yang diutus Allah S.w.t kepada mereka akan ditanya, “Sudahkah engkau menyampaikan kepada umatmu?” Jika Nabi itu menjawab, “Ya, sudah.” Maka ia akan ditanya lagi, “Siapakah saksinya?” Nabi itu lalu menjawab, “Nabi Muhammad dan umatnya.”. Nabi Muhammad S.a.w dan umatnya dipanggil, lalu me­reka (umat Beliau S.a.w) ditanya, “Benarkah beliau telah menyampaikan kepada umatnya?” Mereka menyahut, “Ya, benar”. Mereka ditanya lagi, “Dari mana kalian mengetahui hal itu?” Mereka menjawab, “Nabi kami (Sayyidina Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam) telah datang kepada kami dan memberi tahu bahwa para Rasul (sebelum Beliau) telah menyampaikan kebenaran Allah kepa­da umatnya masing-masing.”. Demikianlah makna firman Allah S.w.t, “…. agar kalian menjadi saksi atas seluruh umat manusia.”.

~ Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hassani ~
Pembahasan Kitab Syaraf al-Ummah al-Muhammadiyyah
diteruskan dari sumber: www.alhabibahmadnoveljindan.org



Baca juga: Umat Nabi Muhammad S.A.W - Umat Terbaik

Kecintaan Kepada Rasulullah S.A.W

Kecintaan Kepada Rasulullah S.A.W

Kita patut bersyukur diberikan malam yang cerah karena dapat menumbuhkan kekhusyukan sehingga kita bisa bergembira dapat membaca sejarah hidup mulia baginda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Kita berharapa majelis semacam ini dapat membuka pintu rahmat dan ampunan Allah dan menjadi sarana terkabulnya segala permintaan dengan kecintaan kita kepada Allah dan Rasul-Nya.

Tidak ada rasa senang yang paling agung seperti kesenangan kita terhadap Wujudul Musthafa, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Kegembiraan Allah dikumpulkan menjadi satu yaitu kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, maka jika rasa cinta kita berikan kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, maka Allah akan memberikan semua yang kita butuhkan.

Disebutkan dalam maulid, “.. Demikianlah bumi dan langit bergelimang wangi-wangian riang gembira, menanti lahirnya insan termulia”, sungguh merupakan sastra indah yang mengungkapkan bahwa semua yang ada di alam ini menyambut kehadiran Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Semua mengungkapkan cintanya karena bisa bertemu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Lahirnya Beliau membawa perubahan di alam ini, sehingga semua makhluk cinta kepada Beliau. Disebutkan dalam sebuah kata mutiara, “apabila kau perbaiki dzohirmu dengan mengikuti sayyidul a’dzom dan para salaf sholeh, maka Allah akan memperbaiki bathinmu dengan bisa menyaksikan ayat-ayat Allah”. Banyak diantara orang shaleh berharap mempunyai cinta semacam itu. Kita mengenal pengarang Maulid Simthud Durar, Al Habib Ali bin Muhammad bin Husein Al Habsyi R.a, Beliau selalu meminta diberikan kecintaan kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Banyak qashidah yang mengaku mengungkapkan kecintaan kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Lisan kita senang berhiaskan qashidah tersebut, tapi di sisi lain kita juga tidak mau dianggap sebagai pembohong.

"Kita menginginkan cinta itu benar-benar ada di hati kita"

Maka para ulama mengajak kita untuk senantiasa mengikuti apa yang telah Beliau ajarkan, sebagaimana kita mempelajari Syamail. Kita berusaha mengenal pribadi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam untuk diikuti, namun perlu juga kita tambahkan dengan meminta cinta itu kepada Allah. Menumbuhkan cinta itu tak semudah yang kita bayangkan. Para sahabat yang sering duduk bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pun masih meminta doa agar diberikan cinta dalam hatinya. Jadi kita butuh untuk meminta cinta tersebut sebagaimana orang yang istiqomah selalu meminta keistiqomahan tersebut tetap ada pada dirinya.

Disebutkan pula dalam sebuah qashidah bahwa rasa cinta yang muncul di hati sangat penting. Rasa yang membawa kita berjalan jauh dan lisan kita tak pernah bosan menyebut Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Itulah cinta dalam hati yang harus kita pelihara. Meminta kepada Allah untuk tidak melenyapkan rasa ini. Kita tidak menginginkan untuk saat ini saja bisa berkumpul, tapi seumur hidup bahkan kelak di hari kiamat bisa berkumpul dengan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Kisah yang indah tentang Waraqah bin Naufal yang dibutakan matanya, seketika bisa melihat karena memandang wajah mulia Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Sementara mata kita terhijab dengan banyak dosa. Mata kita melihat yang semestinya tidak boleh dilihat. Kita ingin mata ini dapat melihat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam walau dalam mimpi. Apalagi jika dapat bertemu langsung.

Setiap kita beruluk salam, malaikat selalu menyampaikan kepada Beliau. Ketika kita Mahallul Qiyam, kita yakini bahwa Beliau hadir di tengah-tengah kita. Bahkan dikisahkan oleh shohibul maulid, bahwa di awal pembacaan Maulid Simthud Durar ini, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam hadir.

Dikatakan oleh para ulama, bahwa dengan terulangnya kebaikan, maka akan muncul cahaya demi cahaya. Kita inginkan cahaya tersebut. Kita berharap ketika kita keluar dari majelis ini, dosa kita diampuni. Hal ini merupakan fitrah manusia, selalu menginginkan yang terbaik. Dikatakan oleh baginda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam , “Di zaman yang akan datang, amal ummatku akan lebih baik 50 derajat dibanding para sahabatku”. Para sahabat bertanya, “Kenapa begitu?”, Rasul menjawab,”Karena di zamanku jika kalian ada permasalahan, maka datang wahyu yang menjawab pertanyaan tersebut, jika ummat yang akan datang, mereka sedikit penolongnya”. Dikatakan dalam hadist lain, bahwa ummat akan datang akan tetap seperti para sahabat, yaitu mendapat apa yang mereka ingnkan, selama lisannya basah berdzikir kepada Allah S.w.t. Ada dua dzikir yang membuat kita, tempat kita, dan orang-orang di sekeliling kita dimuliakan oleh Allah, yaitu Dzikir menyebut Nama Allah S.w.t dan menyebut Nama Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Ada beberapa Pesan Nabi yang dikisahkan dalam sebuah hadist, “Di dalam surga ada kamar-kamar yang beraneka macam warna. Dalam kamar tersebut bisa terlihat bagian luarnya, dan dari luar bisa terlihat bagian dalamnya. Di dalam kamar itu ada kenikmatan yang belum pernah terlihat oleh mata, terdengar oleh telinga, dan tidak pernah dirasakan oleh hati”. Para sahabat bertanya, “Untuk siapa kamar yang indah seperti itu? Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjawab, ”Ada empat golongan yang akan mendapat kenikmatan tersebut. Pertama, Orang yang senantiasa menyebarkan salam. Kedua, Orang yang memberi makan. Ketiga, orang yang berpuasa. Keempat, Mereka yang sholat saat manusia lain sedang lupa (tertidur). Sahabat bertanya, “siapa yang mampu melakukan hal tersebut?”. Rasul tersenyum dan menjelaskan, “Pertama, jika bertemu dengan saudara maka ucapkan salam, jika itu dilakukan, maka dia telah menyebarkan salam. Kedua, Siapa yang memeberi nafkah keluarganya dengan halal, maka ia telah dikatakan memberikan makan, dengan kata lain, mereka yang bertanggung jawab atas keluarganya dengan harta halal. Ketiga, Orang yang senantiasa berpuasa Ramadhan dan enam hari bulan syawal. Maka ia terhitung berpuasa sepanjang tahun. Keempat, orang yang sholat Isya berjama'ah dan sholat Shubuh berjama'ah, maka dia terhitung melakukan ibadah sepanjang malam”. Semoga kita mendapatkan berkah.

Wallahu a’lamu bishawab

~ Mauidoh Hasanah oleh Al-Habib Ali Haddad bin Idrus Al Habsyi ~
sumber: Majeli Riyadlul Jannah



Lihat kategori: Rasulullah | Maulid | ShalawatHikmah | Download | Aswaja | Sekte


Tubuh Rasulullah Menebarkan Bau Harum

Tubuh Rasulullah Menebarkan Bau Harum

"Tanpa memakai minyak wangi, tubuh Rasulullah S.a.w senantiasa mengeluarkan semerbak bau harum sehingga di mana pun Beliau berada akan tercium aroma wangi yang menyejukkan"

Banyak hadits-hadits shahih yang dlriwayatkan oleh para sahabat tentang keajaiban-keajaiban pada diri Rasulullah Muhammad S.a.w, menunjukkan bahwa Beliau adalah manusla sempurna (insan kamil). Keluarbiasaan yang ada pada diri Beliau yang tidak dipunyai oleh manusia pada umumnya ialah tubuh Beliau yang senantiasa berbau barum bak minyak misik, inilah salah satu kehebatan di antara sekian banyak kelebihan yang ada pada Beliau S.a.w.

Tentang keharuman badan Beliau, kehalusan kulitnya, kelembutan tangannya, semuanya disaksikan langsung dan dirasakan sendiri oleh para sahabat. Imam Bukhari meriwayatkan sebuah kejadian yang diterimanya dari Anas R.a. sebagai berikut: "Aku belum pernah menyentuh sutra yang lebih halus dibandingkan telapak tangan Rasulullah dan aku belum pernah menclurn bau yang lebth harum dibandingkan dengan kebaruman bau badan Rasulullah S.a.w.".

Dalam Kitab Barzanji dikisahkan, bahwa peluh yang keluar dari tubuh Rasulullah itu bagaikan mutiara yang baunya lebih semerbak daripada harumnya wewangian kesturi. Ketika Beliau berjalan, tampak condong, seakan-akan sedang turun dari jalan yang tinggi. Apabila Beliau S.a.w berjabatan tangan dengan seseorang maka akan membekas bau harum pada tangan orang tersebut selama beberapa hari lamanya. Ketika Beliau membelai kepala anak kecil tanpa sepengetahuan anak tersebut maka anak itu akan cepat mengetahui dari bau harum yang memancar dari telapak tangan Beliau. Bila Beliau S.a.w sedang menampakkan wajahnya maka tampaklah wajah tersebut sangat cerah berkilauan bak bulan purnama.

Dikisahkan oleh Abu Juhaifah, "Suatu hari, aku melihat Rasulullah berjalan dan di belakangnya berjalan pula seorang wanita. Kemudian, orang-orang yang melihat Beliau langsnng mendekat dan mencium tangannya, Aku pun melakukan.hal yang sama. Pada waktu tangan Rasulullah kupegang, aku merasakan tangan tersebut sangat dingin, sedangkan ketika aku rnencium tangan Beliau temyata baunya sangat harum, lebih harum daripada minyak misik.".

Tertilis pula dalam Kitab Diba' yang menceritakan, bahwa apabila Beliau S.a.w tersenyum maka senyumnya bagaikan mutiara embun. Bila Beliau berbicara maka isi pembicaraannya bagaikan mutiara yang berjatuhan. Jika Beliau bercakap-cakap, bagaikan minyak misik yang keluar dari mulutnya. Apabila Beliau duduk dalam sebuah majelis maka selutuh ruangan majelis tersebut akan berbau harum. Suatu kelebihan yang luar biasa, tanpa memakai minyak wangi, tubuh Beliau menebarkan semerbak bau harum.

Subhanallah, betapa sempurnanya wujud Kekasih-Nya, Sayyidina Muhammad Rasulullah S.a.w

~ wassalam ~


Kasih Sayang Rasulullah S.A.W

Kasih Sayang Rasulullah S.A.W

"Beliaulah insan kamil (manusia sempurna), pada diri Beliau terhimpunan puncak dari segala sifat-sifat yang luhur dan mulia pada lahir dan bathin. Beliaulah Khatamul Anbiya wal-Mursalin"

Nabi Muhammad S.a.w adalah Nabi dan Rasul terakhir yang diutus Allah S.w.t kepada segenap umat manusia. Beliau S.a.w diutus untuk menyampaikan yang Haq (kebenaran), jalan keselamatan yaitu risalah Islam, menyempurnakan akhlak manusia, sekaligus sebagai Rahmatan lil’alamin, yang dipenuhi dengan contoh teladan utama.

Diantara wujud dari rahmatan lil ’alamin Beliau ialah bahwa segala peraturan yang dibawanya bukan hanya untuk kebahagiaan umatnya saja tetapi juga untuk seluruh umat manusia secara umum. Norma-norma dan peraturan-peraturan itu diwujudkan dalam bentuk amal perbuatan sedangkan akhlaknya adalah uswah hasanah yang patut dicontoh oleh tiap pribadi muslim khususnya dan oleh segenap umat manusia pada umumnya.

Di dalam semua fase kehidupannya, Beliau S.a.w terkenal dengan budi pekertinya baik, tak ada perbuatan yang dituduhkan kepadanya sebagai celaan. Karena akhlaknya yang baik itu, sejak masa mudanya Beliau telah mendapatkan gelar kehormatan dari kaumnya sebagai Al-Amin (terpercaya).

Kehidupan dan pribadi Beliau yang sempurna itu dijadikan Allah sebagai pola kehidupan yang harus ditiru oleh semua manusia. Sayyidah Aisyah R.a istri Rasulullah ketika ditanya tentang apa dan bagaimana akhlak dan budi pekerti Rasulullah S.a., beliau menjawab bahwa akhlak Rasulullah adalah Al-Qur'an.

Oleh karenanya maka rumah tangga yang baik adalah yang berpola kepada rumah tangga Rasulullah. Kepemimpinan yang baik dan ideal adalah yang berpola kepada kepemimpinan Rasulullah S.a.w. Ibadah yang baik dan benar berpola kepada yang dilakukan dan dicontoh oleh Rasulullah S.a.w.

Ajaran Islam bermuara pada akhlak risalah Islam yang dibawa Rasulullah S.a.w, amal dan ajarannya demikian luas dan dalam. Tidak saja meliputi kehidupan umat manusia tetapi juga menjangkau seluruh kehidupan isi jagat raya ini. Meskipun amalan dan ajarannya telah 14 abad dikaji dan dibahas oleh para cerdik cendikiawan namun hingga kini keluasan dan kedalamannya masih belum terurai oleh ilmu dan teknologi. Dan bila kita bertanya apa sebenarnya yang dikehendaki oleh ajaran Islam yang demikian luas dan dalam ini dari makhluk manusia? maka jawabannya cukup sederhana saja yakni bahwa Islam menghendaki agar manusia menjadi orang yang baik dan orang yang baik itu ternyata ada pada akhlaknya yang mulia dan terpuji. Maka untuk maksud dan tujuan itu, Muhammad Rasulullah S.a.w diutus kepada umat manusia dengan penegasannya: “Bahwasanya aku diutus adalah untuk menyempurnakan akhlak atau budi pekerti yang mulia”

Dalam salah satu sabdanya yang lain Beliau pernah menegaskan bahwa orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling mulia dan paling baik akhlaknya. Dengan demikian jelas bahwa semua ajaran dan amalan Islam bermuara pada akhlak yang mulia. Islam memandang bahwa akhlak yang mulia dan utama adalah sebagian dari iman bahkan merupakan buahnya yang manis. Untuk itulah syariat Islam menggariskan perilaku perbuatan yang bernilai akhlak dengan perintah-perintahnya.

Syariat Islam membina akhlak yang positif sedangkan dengan larangan-larangannya ia menjauhkan nilai-nilai negatif pada akhlak. Itulah sebabnya syari’at Islam selalu mengajak kepada amar bil-ma’ruf dan nahyi ‘anil-munkar (memerintahkan kepada yang baik dan mencegah dari yang buruk). Oleh karenanya bila manusia hidup dalam naungan syari’at ia akan terdidik kehidupannya dalam nilai-nilai yang baik serta senantiasa akan menghindari nilai-nilai buruk.

Wujud Kasih Sayang Rasulullah Seluruh perilaku hidup Rasulullah S.a.w sehari-harinya merupakan contoh teladan bagi umat manusia. Beliaulah satu-satunya figur manusia yang memiliki pribadi dan akhlak yang mulia dan utama. Pribadi dan akhlaknya merupakan tumpuan yang memperteduh segala makhluk dunia dalam mencari rahmat Ilahi. Kehidupan Beliau S.a.w merupakan wujud citra yang paling tinggi dalam seluruh aspek kehidupan manusia, tutur bahasanya merupakan puncak segala budi bahasa, risalahnya adalah ujung segala cita-cita yang mulia.

Beliaulah Insan Kamil, manusia paling sempurna dalam lingkungan kemanusiaan, merupakan himpunan dari segala keutamaan dan kemuliaan, Beliaulah Khatamul Anbiya wal-Mursalin.

Untuk mengetahui sejauh mana kelembutan, kehalusan dan kemuliaan akhlak Beliau S.a.w, terutama sifat kasih sayangnya yang mendalam, dituturkan dalam sebuah riwayat sebagai berikut;

Pada suatu hari di musim panas, Beliau S.a.w pergi ke pasar untuk membeli qamis yang terbuat dari kain wool kasar sebagai pengganti bajunya yang sudah usang. Beliau membawa uang sebanyak 8 dirham. Ketika sedang berjalan dilihatnya ada seorang jariah (budak perempuan) di tepi jalan sedang menangis tersedu. Beliau hampiri anak itu seraya menegur dengan kasih sayang, “Kenapa engkau menangis nak?”, budak wanita tadi menjawab “Aku disuruh majikanku ke pasar untuk belanja makanan aku dibekali uang 2 dirham namun uang itu hilang”, jawabnya sambil terus menangis. Nabi S.a.w berkata, “Sudah jangan menagis lagi, ini uang 2 dirham ambilah sebagai pengganti uangmu yang hilang, pergilah belanja”. “Terima kasih”, kata budak wanita itu seraya pergi meninggalkan Rasulullah S.a.w. Rasulullah berpikir bahwa uangnya sudah berkurang 2 dirham kini tinggal 6 dirham, sudah pasti dengan uang tersebut tidak dapat lagi kain wool kasar, paling hanya untuk qamis berbahan kain katun. Kemudian Beliau S.a.w meneruskan perjalanan ke pasar untuk membeli qamis seharga 4 dirham dengan demikian masih tersisa 2 dirham, kemudian pulang.

Di tengah perjalanan pulang Rasulullah S.a.w mendengar seorang tua berseru di tepi jalan “Siapakah yang akan memberiku pakaian semoga ia akan diberi Allah pakaian yang indah di syurga”. Rasulullah mendekati orang tua itu dan melihat bahwa pakaian yang dipakainya sudah tidak layak lagi untuk dipakai. Maka Beliau memberikan qamis yang baru dibelinya itu kepadanya. Selanjutnya Beliau kembali lagi ke pasar membeli pakaian seharga 2 dirham, sesuai sisa uangnya yang tentu kualitasnya lebih rendah dari sebelumnya kemudian Beliau S.a.w pulang dengan rasa puas.

Namun di tengah perjalanan pulang, Beliau bertemu lagi dengan budak perempuan tadi dan sedang menangis pula, “Apalagi yang engkau tangisi” tanya Rasulullah S.a.w, “Uangmu yang hilang telah kuganti dan engkau sudah belanja”, budak itu menjawab “Aku terlalu lama pergi sehingga aku takut pulang karena majikanku pasti memarahiku”. “Oh engkau jangan khawatir, pulanglah aku akan mengantarmu sampai ke rumah dan bertemu majikanmu”, kata Rasulullah S.a.w.

Budak perempuan itu lalu berjalan menuju rumah majikannya sementara Rasulullah S.a.w mengikutinya dari belakang. Setelah sampai Rasulullah melihat ke sekelilingnya sepi dan sunyi, maka Beliau dengan suara yang keras berseru menyampaikan salam “Assalamu ’alaikum warahmatullah”. Tetapi tidak ada jawaban diulanginya sampai tiga kali baru ada jawaban dari dalam, “Wa alaikumssalam warahmatullahi wa barakatuh”. "Apakah kalian tidak mendengar salamku”, kata Rasulullah S.a.w, maka penghuni rumah menjawab “Kami mendengar ya Rasulullah namun sengaja kami belum menjawabnya sampai engkau mengulanginya 3 kali agar doa yang engkau ucapkan kepada kami lebih banyak keberkatannya”. “Baiklah kalau begitu dan ini aku mengantarkan budak kalian pulang ia tadi kehilangan uang belanjanya 2 dirham dan aku telah menggantinya. dan aku harap agar kalian tidak memarahinya karena terlambat pulang”, demikian Rasulullah S.a.w menjelaskan.

“Ya Rasulullah” kata wanita pemilik budak itu, “Karena engkau telah menolongnya dan telah melindunginya, maka budak ini sejak saat ini, kami merdekakan, semoga senantiasa dalam lindungan Allah berkat kasih sayangmu”.

Tidak dapat dibayangkan betapa gembira dan terharunya hati Rasulullah S.a.w setelah mendengar pernyataan itu, demikian pula si budak itu.

Beliau S.a.w sambil pulang menuju rumah berseloroh dalam hatinya “Alangkah penuh berkahnya uang 8 dirham ini. Yang kehilangan uang dapat diganti, yang tak berpakaian dapat pakaian, yang ketakutan dapat tertolong dan seorang budak dapat dimerdekakan, dan aku sendiri dapat membeli qamis”.

Apa yang dikerjakan Rasulullah S.a.w ini patut menjadi cermin bagi kehidupan muslim dalam kesehariannya, lebih-lebih di saat krisis ekonomi yang sedang dialami oleh kita bangsa Indonesia ini, dimana masih banyak diantara kita yang membutuhkan uluran bantuan dari kita, sebagai wujud kasih sayang yang telah Nabi S.a.w ajarkan dan contohkan kepada kita umatnya.

Ya Allah semoga shalawat dan salam tetap tercurah kepada Nabi kami yang amat pengasih dan amat penyayang, Muhammad Rasulullah S.a.w. Amiin.

Wassalam
disadur dari berbagai sunber


Baca juga:
Akhlak Nabi Adalah Al-Qur'an
Keindahan dan Kewibawaan Rasulullah S.A.W


Perjalanan Hidup Nabi Besar Muhammad S.A.W

Perjalanan Hidup Nabi Besar Muhammad S.A.W

"Jadilah kita orang yang pandai menterjemahkan Islam bukan dengan lisan kita tapi dengan sikap, muamalah, kelakuan, istiqamah, ketakwaan kita, keramahan dan kebaikan kita terhadap binatang, bumi dan manusia"

Alhamdulillah atas segala nikmat yang telah Allah berikan sampai hari ini untuk kita, shalawat dan salam selalu tercurah untuk baginda Nabi besar Muhammad S.a.w.

Berkumpulnya kita di sini bukan karena sesuatu hal dunia, harta, jabatan atau hal hal yang berbau dunia, melaikan untuk berkumpulnya para pecinta Rasulullah S.a.w, kerinduan kepada Rasulullah S.a.w. Barang siapa yang di akherat ingin bersama, berkumpul dengan Nabi Muhammad S.a.w, bernaung di bawah bendera Nabi Muhammad S.a.w, di barisan beliau, masuk surga bersama beliau, maka hendaklah di dunia ia melazimkan ajaran-ajaran Nabi Muhammad S.a.w, mentaati dan menjauhi larangan Nabi Muhammad S.a.w, memperbanyak kenangan dan shalawat kepada beliau.

Sesungguhnya Rasulullah S.a.w 15 abad yang lalu, beliau lahir ke dunia ini pada 12 Rabiul Awal, dilahirkan oleh ibunda beliau Assayyidah Aminah pada hari Senin 12 Rabiul Awal. Lahir pada saat-saat sebelum subuh, yang membantu persalinan Sayyidatuna Saffah, ibunda dari Sayyidina Abdurahman bin Auf. Disebutkan bahwa Rasulullah S.a.w tatkala lahir, beliau dalam keadaan bersujud, dalam keadaan telah terkhitan, tali pusar beliau telah putus. Maha besar Allah yang telah menciptakan Nabi Muhammad S.a.w dan Rasulullah jatuh kepelukan Sayyidatuna Saffah dan diberikan kepada ibundanya Nabi Muhammad S.a.w. Lalu beliau menatap kelangit seolah-olah jarinya menunjuk ke langit dan mengucapkan “La ilaha illallah” menunjukan ke-esaan Allah Ta'ala.

Rasulullah disusui oleh Sayyidatuna Halimah yang datang dari perkampungan Sa’at. Dahulu bangsa Arab memberikan anak anak mereka kepada orang yang di kampung untuk disusui, sebab udara di sana lebih bagus dan sejuk. Maka berangkatlah mereka para kaum Sa’at untuk menerima anak-anak yang akan mereka susui. Saat itu Sayyidatuna Halimah adalah seorang yang miskin, unta dan keledai yang beliau gunakan sudah tua, kurus, kering sehingga beliau tertingal dari rombongan. Maka ketika beliau sampai, bayi-bayi dari keluarga kaya sudah diambil oleh teman-temannya, hanya tertinggallah bayi yatim yaitu Rasulullah S.a.w. Pada saat pertama kali Sayyidatuna menatap wajah Rasulullah S.a.w, beliau sudah jatuh hati dan langsung membawanya untuk disusui di kampungnya.

Semua orang tau bahwa itu hanya bayi yatim yang ibu dan kakeknya bisa kasih apa kepada mereka. Maka dari itu mereka tak melihat Rasulullah S.a.w, dibawalah Rasulullah oleh Sayyidatuna Halimah pulang.

Kata Sayyidatuna Halimah “Dulu sebelum Rasulullah datang, setiap malam bayiku selalu menangis sebab kurangnya susu dan gizi, tapi semenjak Rasulullah S.a.w datang, setiap malam aku dapat tidur nyeyak dan bayiku pun dapat tidur nyenyak. Setiap malam bulan purnama aku selalu mematikan lampu minyak karena untuk mengirit bahan bakar minyak yang sulit diperoleh, tapi semenjak Rasulullah datang, rumahku seperti bulan purnama setiap malam seakan akan purnama ada di tengah-tengah kami. Dan rumah kami pun setiap malam tidak membutuhkan lampu minyak lagi”.

Benar yang dikatakan oleh para penyair “Anta syamsu, anta badrun anta nurun fauqo nuri” Yaa Rasulullah engkau bagaikan matahari, bagaikan bulan purnama, cahaya di atas segala cahaya.

Maka jika dalam hidup seseorang dalam kuburnya dia mendapatkan cahaya dalam kuburannya, itu disebabkan cahaya Nabi Muhammad yang ia jalin dengan cinta waktu ia masih hidup. Dan sebaliknya jika dalam wafatnya ia tidak menemukan cahaya dalam kuburnya, itu di sebabkan ia tak mau mengikat cahaya itu dengan cinta kepada Nabi Muhammad S.a.w. Maka tatkala semua manusia dirundung kegelapan pada hari kiamat nanti, di saat matahari Allah padamkan cahayanya, namun cahaya Nabi Muhammad justru akan semakin terang benderang, semakin dicari oleh para Nabi dan manusia. Para sahabat mengatakan “Sungguh aku belum pernah melihat wajah sebelum atau sesudah Rasulullah S.a.w yang lebih indah, tampan dan bercahaya dari wajah Nabi Muhammad S.a.w”.

Lalu ada sahabat yang bertanya “Seperti apakah wajah Rasulullah S.a.w?” ada sahabat yang menjawab “Wajah beliau seperti bulan purnama dan ketika dipandang, wajah beliau lebih indah dari bulan purnama”. Waktu itu pernah ada majelis bersama Rasulullah S.a.w pada malam hari, lantas ada sahabat yang membandingkan wajah Nabi dengan purnama yang ada di atas kepalanya, dia melihat purnama lalu Rasulullah lalu melihat purnama lagi terus sampai ia benar memastikan lalu beliau berkata “Demi Allah, dia bersumpah wajah Rasulullah S.a.w lebih indah dan bercahaya dari pada bulan purnama”. Sampai dikatakan oleh para ulama, seandainya para penyair di seluruh dunia dikumpulkan dan disuruh menceritakan wajah Rasulullah S.a.w, maka tak akan sanggup umur mereka untuk menceritakan keindahan wajah beliau. Sedangkan keindahan itu tidak akan pernah pudar dan usai seperti usia-usia mereka.

Dikatakan Anas bin Malik “Aku selama ikut Rasulullah S.a.w hijrah ke Madinah, tinggal bersamanya selama 10 tahun hingga Rasulullah S.a.w wafat, ketika saat Rasulullah S.a.w pertama kali masuk Madinah, saat itu nampak kota Madinah menjadi terang benderang. Namun ketika Rasulullah S.a.w wafat, nampak pula kota madinah menjadi gelap, usang, suram”.

Dikatakan bahwa Abdullah bin Salam seorang ulama besar Yahudi, dia sangat menanti kedatangan Rasulullah S.a.w ke Madinah, dia salah seorang yang penasaran dengan wajah Rasulullah S.a.w, beliau sangat mengerti tentang kitab Injil dan Taurat yang di dalamnya ada dan seharusnya ada ciri-ciri dari Nabi terakhir, ciri-ciri dari pengikut Nabi yang terakhir, bagaimana sikap dan tanda-tanda Nabi yang terakhir.

Maka tatkala Nabi masuk ke dalam kota Madinah, Sayyidina Abdurahman bin Salam sudah dapat mengenali Rasulullah S.a.w padahal saat itu belum ada foto dan semua orang tidak tau bagaimana wajah Rasulullah S.a.w. Maka pada saat itu dia berkata “Sungguh ketika aku melihat wajah Rasulullah S.a.w aku langsung tau ini bukan wajah pendusta, ini wajah seorang Nabi”. Nabi hijrah ke Madinah pada tanggal 12 Rabiul Awal. Nabi Muhammad S.a.w datang bersama Sayyidina Abu Bakar As Siddiq R.a, para sahabat yang di Madinah kaum Anshar menyambut Nabi dengan “Tola’al badru alaina” telah datang purnama pada kami.

Ketika Rasulullah S.a.w duduk di rumahnya Abu Ayub pada siang hari, penduduk Madinah penasaran yang mana Rasulullah sebab ada Sayyidina Abu Bakar di samping Rasulullah. Mereka menerka-nerka yang mana Rasulullah sampai Sayyidina Abu Bakar mengambil sorbannya dan menutupi wajah Rasulullah dari teriknya matahari maka saat itu mereka tau yang mana Rasulullah S.a.w karena wajah Rasulullah semakin bercahaya terkena sinar matahari dan pancaran dari cahaya dari wajah Rasulullah semakin terang.

Sayyidina Abdullah bin Salam mendapatkan dua kesan terhadap Rasulullah S.a.w yang pertama sebab cahaya yang keluar dari wajahnya Rasulullah S.a.w dan yang kedua ucapan Rasulullah ketika pertama kali datang ke Madinah, beliau Rasulullah mengatakan “Wahai sekalian manusia, sebarkan salam di antara kalian, sebarkan damai di antara kalian, sambung silaturahmi, beri makan manusia, jamu para tamu tamu kalian”. Itulah dua kesan yang didapat oleh Abdulah bin Salam, sebab Rasulullah tidak memanggil kaum muslimin dan muslimun saja tapi “Wahai sekalian manusia”, dikatakan oleh para ulama bahwa orang yang wajahnya tidak dapat memberikan manfaat kepada engkau jangan harap perkataannya akan membawa manfaat dan sebaik-baiknya wajah yang dapat membawa manfaat buat engkau, insya Allah omongannya pun membawa manfaat untukmu.

Maka jadilah kita orang yang pandai menterjemahkan Islam bukan dengan lisan kita, tapi dengan sikap, muamalah, kelakuan, istiqomah kita, ketakwaan kita, keramahan dan kebaikan kita terhadap binatang, bumi dan manusia.

Disebutkan bahwa Nabi wafat pada hari Senin, ulama mengatakan pada 12 Rabiul Awal. Di makamkan pada hari Selasa, menjelang wafatnya beliau sakit dan memerintahkan Sayyidina Abu Bakar untuk menjadi imam shalat berjamaah dan Sayyidina Abu Bakar pun melakukan yang diperintahkan oleh Rasulullah S.a.w.

Pada saat menjelang kewafatan beliau, suatu hari Nabi mengatakan “Coba taruh saya di dalam bak, lalu siram seluruh tubuh saya dengan air hingga demannya redah” maka diboponglah Nabi oleh Sayyidina Abas dan Sayyidina Ali bin Abi Thalib K.w untuk menuju masjid yang para sahabat sedang melakukan shalat. Sesampainyanya di masjid, di shaf pertama disingkaplah tabir yang menembus rumahnya Sayyidina Aisyah R.a, maka para sahabat gembira dan saat itu Sayyidina Abu Bakar selalu khusuk dalam shalat sampai para sahabat di belakang bertepuk tangan agar Sayyidina Abu Bakar menyadari kehadiran Rasulullah S.a.w dan saat itu barulah Sayyidina Abu Bakar mengetahui dan beliau ingin mundur tapi ditahan oleh Rasulullah S.a.w dan itulah perjumpaan dan akhir duduknya para sahabat bersama Rasulullah S.a.w. Dan suatu hari yang lain, Senin subuh Nabi dalam keadaan sakit payah, Nabi melihat para sahabat sedang shalat namun Nabi hanya melihat mereka dari balik jendela, maka para sahabat menoleh dan bergembira karena mereka berfikir Rasulullah S.a.w akan ikut berjamaah bersama mereka, saat itu Nabi hanya tersenyum dan melihat para sahabat dan itulah senyum terindah penuh cinta terakhir yang Rasulullah berikan untuk para sahabat, wajah yang penuh cahaya, segar dan indah saat itu.

Perpisahan terakhir Rasulullah S.a.w dengan para sahabat, waktu dhuha di hari yang sama wafatlah Rasulullah S.a.w, di katakan oleh Sayyidatuna Aisyah R.a, pada saat sakaratul maut Rasulullah S.a.w berada di pangkuannya, bersandar pada dadanya, lalu masuklah Sayyidatuna Fatimah “Sungguh jalannya Sayyidatuna Fatimah amat sangat meyerupai jalannya Rasulullah S.a.w” kata Sayyidatuna Aisyah R.a. Di bisikanlah Sayyidatuna Fatimah oleh Rasulullah S.a.w pada bisikan yang pertama beliau menangis dan pada bisikan yang kedua beliau tersenyum dan tertawa. Bertanyalah Sayyidatuna Aisyah R.a akan hal itu maka Sayyidatuna Fatimah berkata “Bahwa ayahku berkata bahwa ia akan wafat lalu aku menangis, dan ayahku berkata lagi engkau orang pertama dari keluargaku yang akan menyusul maka gembira lah aku”.

Lihatlah bagaimana pencinta sejati seperti Sayyidatuna Fatimah begitu gembira ketika dikatakan ia akan wafat menyusul ayahnya. Di katakan oleh Sayyidatuna Aisyah R.a bahwa saat sakaratul maut Rasulullah mengambil air yang ada di sampingnya dan membasuh wajahnya lalu mengatakan “La ilaha illallah” Ya Allah sesungguhnya dalam kematian ada saat-saat sakaratul maut yang teramat sakit, semoga Allah mempermudah kita untuk menghadapi sakaratul maut. Aminn

Jabatan, harta, popularitas, pengikut yang banyak takkan menjamin kita untuk melewati sakitnya sakarul maut. Hanya majelis yang seperti ini yang dapat meringankan sakitnya sakaratul maut, sebab cinta yang sudah kita jalin kepada baginda Nabi besar Muhammad S.a.w, saat sakaratul maut Rasulullah akan mengusap bagian yang telah tercabut ruh kita, Rasulullah S.a.w mengusapnya menghilangkan sakitnya. Seperti para orang-orang shaleh, wali-walinya Allah, Allah menghilangkan sakitnya sakartul maut sebab cintanya mereka kepada Rasulullah S.a.w. Semoga kita dapat merasakan apa yang orang-orang shaleh dapatkan.

Dikatakan juga di akhir hayatnya, Rasulullah pun bersiwak dan Sayyidatuna Aisyah R.a berkata “Tak pernah aku melihat seseorang yang bersiwak lebih indah dari pada saat terakhir Rasulullah S.a.w bersiwak” Diangkatlah tangan Rasulullah menuju ke langit dan beliau berkata “Menuju Pendamping Yang Tertinggi (yaitu Allah S.w.t)” lalu jatuh lah tangan Rasulullah S.a.w, itulah hembusan nafas terakhir Rasulullah S.a.w dan masuklah Sayyidina Abu Bakar diciumlah kening Rasulullah S.a.w dan ia pun berkata “Ya Rasulullah betapa wanginya engkau ketika hidup ataupun sudah wafat”.

Semoga Allah hilangkan rasa sakit saat-saat kita sakaratul maut sebab cinta, kerinduan dan ketakwaan kita kepada Allah S.w.t dan Rasulullah S.a.w, hingga perjumpaan kita dengan yang kita rindukan Rasulullah S.a.w. Aminn.

~ Habib Jindan bin Novel bin Salim bin Jindan ~
Majelis Rasulullah S.a.w - Peringatan Maulid Nabi Muhammad S.a.w 12 Rabiul Awwal 1436 H/Sabtu 3 Januari 2015. Monumen Nasional, Jakarta


Baca juga:
Maulid Nabi - Ungkapan Rasa Syukur Ummat
Kelahiran Nabi - Anugerah Terbesar


Chord dan Lirik

Ulasan Film

ad2

Keimanan dan Keyakinan

Olahan Makanan

Tempo Doeloe

Tips dan Trik

Explore Indonesia

Broker Kripto